Home » Stigma Masih Tinggi, Pasien HIV di Indonesia Enggan Berobat
Meskipun fasilitas layanan pengobatan HIV di Indonesia terus berkembang dan akses terhadap terapi antiretroviral (ARV) semakin mudah, kenyataannya masih banyak pasien HIV yang enggan memanfaatkan layanan tersebut. Penyebab utamanya adalah stigma sosial yang tinggi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), baik dari lingkungan sekitar maupun dari institusi seperti tempat kerja dan fasilitas publik.
Pasien HIV sering mengalami perlakuan diskriminatif dari masyarakat, bahkan dari keluarga sendiri. Mereka dicap sebagai “pembawa aib” atau dianggap telah melakukan perbuatan tidak bermoral. Persepsi negatif ini menciptakan ketakutan yang mendalam di kalangan ODHA untuk membuka status mereka dan mencari pengobatan secara rutin. Akibatnya, banyak pasien yang memilih diam, tidak berobat, hingga kondisi kesehatannya memburuk.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan Komnas HAM terus melakukan upaya edukasi publik untuk mengurangi stigma terhadap ODHA. Kampanye seperti “Saya Berani, Saya Sehat” dan “Stop HIV dengan Kasih” menyasar perubahan pola pikir masyarakat melalui media televisi, radio, dan digital. Selain itu, pelatihan bagi tenaga medis juga dilakukan agar mereka dapat memberikan layanan dengan empati dan tanpa diskriminasi.
Dukungan sosial terbukti sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan HIV. Pasien yang merasa diterima oleh keluarga dan komunitasnya memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk bertahan dalam pengobatan ARV. Oleh karena itu, berbagai komunitas ODHA kini menyediakan ruang aman untuk saling berbagi pengalaman, memberi semangat, serta memfasilitasi akses layanan kesehatan yang ramah dan bebas stigma.
Peran media juga sangat penting dalam membentuk opini publik. Pemerintah dan NGO kini mendorong media untuk mengangkat kisah-kisah positif tentang ODHA, seperti mereka yang berhasil menjalani kehidupan sehat dan produktif setelah menerima pengobatan. Dengan semakin banyaknya narasi positif di media, diharapkan masyarakat akan lebih terbuka dan berhenti mengaitkan HIV dengan stigma dan diskriminasi.